Kesadaran Menjalankan Amanat Hidup dan Kehidupan

Anda tentunya mengakui dan menyadari bahwa hidup ini adalah amanat atau Titipan dari Tuhan Yang Maha Esa Nan Kuasa, yang harus dijaga, dirawat, dipelihara, dilindungi, dan diayomi agar existensinya tetap lestari di kehidupan bumi alam ini.

Dikatakan amanat atau titipan karena realitanya masyarakat pada umumnya juga mungkin anda, tidak bisa mempertahankan hidup dan kehidupan sesuai dengan kemauan anda sendiri, dan realitanya nyawa / hidup dan kehidupan anda datang dan pergi dengan seenak nyawa itu sendiri bukan dari kemauan diri yang  disadari.

Artinya bahwa anda seolah sama sekali tidak memiliki hak atas nyawa/hidup anda, bahkan seolah anda tidak punya hak untuk menjadikan nyawa/hidup anda menjadi sebuah kekuatan yang bisa anda atur dan kendalikan sesuai dengan kemauan anda.

Sehingga kepergian sang nyawa hidup dari diri manusia seringkali tidak pernah berpamitan kepada anda, Dia pergi begitu saja tanpa ada kesan dan pesan yang anda tinggalkan kepada siapa pun manusia baik keluarga, kerabat, sahabat atau siapa pun.

Jika nyawa hidup yang ada di dalam diri anda saja merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa Nan Kuasa, apalagi Kehidupan Diri yang berada di luar diri anda, baik itu anak istri, orang tua, saudara, keluarga, harta kekayaan, jabatan, kedudukan, ketenaran, kekuasaan, pekerjaan, usaha, bisnis, pendidikan, ilmu pengetahuan dan lain-lain yang berada di luar diri anda, tentulah semuanya berupa amanat kehidupan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Lalu bagaimana idealnya menjalankan Amanat Hidup dan Kehidupan ini?

Idealnya menjalankan Amanat Hidup

Idealnya menjalankan amanat hidup (yaitu yang berupa jiwa raga), tentunya dengan memperlakukan jiwa raga diri dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya, dengan tidak menyakiti dan tidak merusak diri sendiri, dengan mengasihi, menyayangi dan mencintai diri,

Dengan penuh ketulusan menjaga, melindungi, merawat, mengayomi dan memfasilitasi jiwa raga diri dengan berbagai hal yang membuat diri menjadi lebih baik, lebih bernilai, lebih berharga, lebih bermanfaat, lebih bermartabat, lebih mulya dan lebih sempurna dari sebelumnya.

Walaupun dalam kenyataan yang ada terjadi di masyarakat selama ini bahwa manusia semakin bertambah usia semakin tua, semakin (rapuh, loyo, lemah tak berdaya, sakit-sakitan) dan pada akhirya mati dengan membawa duka nestapa yang dalam dan membawa penyesalan yang berkepanjangan,

Yang semua itu merupakan bukti bahwa anda atau masyarakat tidak bisa menjalankan amanat hidup dengan semestinya dan sebenarnya.

Kenapa manusia tidak bisa menjalankan amanat hidup dengan semestinya?

Karena mayoritas masyarakat tidak mengetahui, tidak memahami dan tidak menyadari bagaimana menjalankan amanat hidup dengan baik, benar dan Sejati.

Tapi bukan kah manusia telah dianugerahi bekal berupa akal pikiran dan hati nurani yang sempurna dibandingkan dengan mahluk lainnya?

Itu memang benar, tapi manusia tidak mendaya gunakan bekal atau anugerah tersebut dengan semestinya, bahkan mayoritas masyarakat tidak menyadari bahwa di dalam drinya terdapat potensi kekuatan dan kekuasaan yang maha luar biasa dahsyat, manusia telah lupa diri, tidak tahu diri dan tidak sadar diri.

Bahkan manusia sama sekali tidak menyadari bahwa dirinya lah yang telah menyebabkan nyawa hidupnya pergi begitu saja meninggalkan jasmani atau raga tanpa berpamitan dan tanpa meninggalkan kesan dan pesan.

Yaitu dari sudut pandang, paradigma dan keyakinan manusia yang mewajibkan dirinya harus mengalami proses penuaan yang Menyebabkan diri menjadi lemah, rapuh, loyo, lemah tak berdaya, sakit-sakitan dan harus mengalami kematian,

Di satu sisi manusia mewajibkan dirinya mengalami kematian tapi di sisi lain manusia kuatir, cemas dan takut menghadapi kematian yang telah ditakdirkan oleh diri manusia itu sendiri.

Seharusnya jika manusia mewajibkan dirinya mengalami kematian, manusia senang, bahagia, riang gembira menyambut atau menghadapi kematian bahkan siap sedia kapan pun ajal kematian itu datang menjemputnya.

Jika manusia cemas dan takut menghadapi kematian, berarti paradigma dan keyakinan nya itu palsu bukan keyakinan yang sejati, sehingga manusia pun berusaha untuk menolak dan menghindarinya, walaupun dalam kenyataan nya manusia tidak mampu menghindari dan tidak kuasa menolak kecuali pasrah pada kematian yang membawa duka nestapa.

Sungguh hal itu adalah sesuatu yang sangat ironis, dan sangat bertolak belakang dengan kehendak sejati manusia, tapi paradigma dan keyakinan tersebut tetap dipertahankan dan dianggap sebagai suatu ajaran nilai kebenaran yang hakiki yang harus terus diperjuangkan keberlakuannya.

Padahal Alam dan Tuhan Pemilik Kehidupan Alam Semesta Raya ini justru mewajibkan manusia untuk bersenyawa atau bersinergi dengan Kekekalan dan Keabadian-NYA Yang Maha Sempurna.

Namun manusia tidak mampu membaca dan memahami signalemen atau ayat ayat yang secara jelas disampaikan atau dipublis oleh alam ini, tentang Keabadian Energi Semesta yang mengisyaratkan kepada manusia untuk menyelaraskan atau minimalnya menyesuaikan diri dengan Energi Semesta Yang Maha Kekal Abadi.

Sehingga tidak ada yang melarang manusia untuk memiliki sudut pandang, paradigma dan keyakinan bahwa setiap diri manusia memiliki hak dan kewenangan untuk hidup Abadi. Minimalnya dengan keyakinan ini manusia telah berupaya untuk menjaga existensi dirinya dengan yang terbaik, atau minimalnya dengan keyakinan ini anda bisa mempertahankan existensi hidup anda selama ratusan tahun bahkan ribuan tahun.

Dan maksimal nya kematian anda yang terjadi adalah sebagai proses trance atau migrasi ke dimensi kehidupan lain yang lebih baik, lebih mulia dan lebih sempurna dari dimensi kehidupan yang ada pada saat ini.

Selain dengan meluruskan sudut pandang, paradigma dan keyakinan tersebut, tentunya ada berbagai upaya lain yang bisa dilakukan untuk bisa menjalankan amanat hidup dengan baik dan benar, diantara yang paling baik, paling benar dan paling sejati adalah dengan menjaga hubungan atau interkonesi dengan Tuhan Yang Maha Esa Nan Kuasa, karena ini adalah yang paling menentukan sekali baik buruknya anda bisa menjalankan amanat hidup dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya.

Tanpa adanya interkonesi tersebut maka tentunya diri anda tidak akan mendapatkan cahaya petunjuk kebenaran dan kesadaran yang sejati .

Oleh karena itu, dalam hal ini tentunya anda harus mengetahui, memahami dan meyakini hakekat ketuhanan yang sebenarnya dan sejati-Nya, tidak bisa dengan suatu pemahaman dan keyakinan yang bersifat asal-asalan (asal asal yakin) tanpa adanya dasar penyaksian dan pembuktian hakekat Tuhan Yang Sebenarnya.

Karena Dia Lah Pusat Konsentrasi Rasa, Rasio dan Raga agar kita bisa menyelaraskan atau mensinergikan diri dengan Kehendak Sang Nyawa Semesta Yang Maha Sempurna Yang Berpusat pada Jatidiri Tuhan Yang Sejati.

Tanpa adanya Pusat Konsentrasi Rasa, Rasio dan Raga pada Jatidiri Tuhan Yang Sebenarnya tentunya anda akan tersesat atau tidak selaras dengan Kehendak-Nya Yang Maha Sempurna, kecuali anda telah memiliki dasar Kesadaran Universal yang sangat baik, atau anda telah mendapatkan jaminan atau garansi dari-nya bahwa gerak anda sudah otomatis pasti selaras dengan Kehendak-Nya, maka anda pasti dapat menjalankan amanat dan peran kehidupan dengan sebaik-baiknya, sebenarnya dan sejati-Nya.

Upaya menjalankan amanat hidup yang ideal lainnya, tentunya dengan mengoptimalkan ilmu, pengetahuan dan teknologi yang ada, untuk mengoptimalkan daya dan upaya untuk dapat menjalankan amanat dan peran hidup secara optimal sehingga anda akan dapat meraih derajat Kemulyaan tertinggi dihadapan Alam dan Tuhan Pemilik Kehidupan Alam Semesta Raya ini.

Idealnya menjalankan amanat kehidupan yang baik, benar dan sejati?

Kehidupan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri kita yang sepenuhnya adalah mutlak sebagai amanat atau titipan dari Tuhan Yang Maha Esa Nan Kuasa.

Segala sesuatu itu meliputi keluarga (anak, istri, orang tua, mertua saudara, kerabat, sahabat, handai taulan, dll), harta kekayaan, jabatan, kedudukan, pangkat, kekuasaan, ketenaran, ilmu pengetahuan, dan lain-lain yang ada di luar diri di kehidupan bumi Alam Semesta Raya ini yang tentunya juga harus mendapatkan perhatian, kasih sayang dan cinta yang tulus murni karena seluruh nya itu adalah bagian dari Sang Nyawa Semesta Yang Maha Esa

Idealnya wujud perhatian, kasih, sayang dan cinta kepada orang-orang yang ada di sekitar diri tentunya dengan mengarahkan mereka kepada kesadaran universal agar mereka bisa meraih kehidupan yang sejati.

Bukan malah menyesatkan dengan memberikan kepada mereka sesuatu yang bersifat semu dan palsu, yang membuat mereka menjadi semakin lupa pada kodrat jatidiri kekhalifahan dirinya atas dirinya dan atas bumi alam ini. Sehingga hidup dan kehidupan mereka menjadi semakin diselimuti oleh ego, emosi, nafsu dan harga diri, yang justru sebenarnya mengarahkan mereka kepada jurang kesengsaraan yang semakin dalam.

Minimalnya hidup dan kehidupan mereka akan menjadi tercerahkan oleh cahaya kebenaran dan kesadaran diri kearah kehidupan sejati.

Sesuatu yang bersifat semu dan palsu itu misalnya dengan mengarahkan hidup dan kehidupan mereka untuk terfokus dan terkonsentrasi semata-mata hanya tertuju kepada materi harta kekayaan saja, atau hanya terfokus pada jabatan, kedudukan dan pangkat saja, atau hanya terkonsentrasi pada ketenaran saja atau hanya terkonsentrasi kepada sesuatu yang ada di luar dirinya saja sehingga mereka menjadi lupa diri, tidak tahu diri dan tidak sadar diri.

Idealnya menjalankan amanat harta kekayaan adalah dengan menyadari sepenuhnya bahwa harta kekayaan yang ada di kehidupan bumi alam ini adalah milik Tuhan Yang Maha Esa Nan Kuasa sehingga kita pun berkewajiban untuk mengembalikan kepada-Nya.

Dengan kesadaran bahwa harta kekayaan adalah milik Tuhan Yang Maha Esa ini minimalnya anda harus lah berbagi dengan orang-orang yang ada di sekitar diri anda dengan penuh kesadaran bahwa seluruh yang ada di kehidupan alam ini adalah bagian dari Nyawa atau Energi Semesta Yang Maha Tunggal yang sama-sama memiliki hak untuk menikmati Nyawa Semesta yang memiliki beragam wujud dan bentuk sarana dan fasilitas kenikmatan hidup yang maha luas tak terbatas dan maha Kekal Abadi.

Sehingga kesadaran untuk membagikan hasil karya berupa harta kekayaan adalah merupakan tugas dan peran menjalankan amanat harta kekayaan dengan baik, benar dan sejati, sehingga dengan kesadaran ini, masyarakat akan hidup berdampingan, saling tolong menolong, bantu membantu, bahu membahu, saling mengisi dan melengkapi serta saling menyempurnakan antara satu dengan yang lainnya.

Dan sebaik-baik berbagi berkah adalah kepada orang yang selama hidupnya berada dalam visi misi “Mengembalikan Kesadaran Jatidiri Sejati atau Kesadaran Universal” yaitu kesadaran murni yang tidak terkontaminasi oleh berbagai doktrin, dogma, agama, budaya, adat istiadat atau ajaran apa pun yang bersifat lokal, yang melemahkan, yang menyesatkan dan mengkerdilkan jiwa masyarakat.

Sebab dengan anda mengutamakan berbagi berkah kepada orang-orang yang berjalan pada visi misi mewujudkan kesadaran total, global dan universal maka pasti anda akan mendapatkan feedback atau umpan balik kesadaran universal yang telah meraka raih.

Sehingga anda pun pasti akan jauh lebih mudah dalam meraih kesadaran universal atau kesadaran yang sejati, dengan senantiasa terkoneksi secara bathin atau secara energi dengan orang-orang yang telah meraih kesadaran universal atau kesadaran sejati, kemudian mempelajari, mengkaji dan memahami berbagai folosofi dari mereka, dan yang lebih cepat untuk mendongkrak kesadaran diri anda adalah dengan berbagi berkah kepada mereka dengan tidak terbatas nilai dan jumlah, yang pasti semakin besar nilai prosentase berkah yang dibagikan kepada mereka maka pasti semakin besar pula peningkatan kesadaran yang anda raih.

Nilai-nilai kesadaran universal yang akan anda dapatkan dari Alam Semesta Raya ini berupa instuisi, inspirasi dan imajinasi yang secara umum disebut sebagai ilham atau wahyu dari Alam Semesta Raya ini yang akan membangkitjan potensi kekuatan dan kekuasaan diri anda yang sesungguhnya teramat sangat luar biasa dahsyat.

Sehingga anda benar-benar akan dapat melihat, mendengar, memahami dan merasakan betapa sesungguhnya diri anda sedang berada di taman kehidupan surga yang Kekal Abadi yang selama ini belum pernah anda ketahui, belum pernah anda sadari, apalagi anda rasakan.

 

 

 

 

Tinggalkan komentar