Inti Kesadaran Universal

Inti Kesadaran Universal adalah menahami dan menyadari bahwa kita semua sebenarnya sedang berada di taman kehidupan surga yang kekal abadi, kemudian kita semua bekerja sama, bahu membahu, bantu membantu, tolong menolong, saling mengisi dan melengkapi satu sama lain serta  berlomba-lomba mendaya gunakan seluruh potensi, bakat, kemampuan dan keahliannya masing-masing untuk mempersembahkan hasil karya terbaiknya demi terwujud nya tatanan kehidupan surgawi bagi seluruh masyarakat, bangsa, negara dan dunia.

Selama ini masyarakat dunia beranggapan, berparadigma dan berkeyakinan bahwa kehidupan surga hanya bisa didapatkan setelah melewati pintu kematian, sehingga selama ribuan tahun pula masyarakat hidup dalam ketidak pastian dan terombang ambing tanpa kejelasan arah dan tujuan hidup yang pasti, sebab target kehidupan surga manusia adalah setelah mati, bukan pada saat masih hidup, dan target kehidupan surga itu berupa anugerah pemberian dari Tuhan YME, bukan dari upaya manusia, walaupun sebenarnya Tuhan telah mewujudkan segalanya di kehidupan bumi alam ini.

Selama ribuan tahun itu pula belum pernah ada satu program rancangan manusia untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat yang surgawi di kehidupan dunia ini yang benar-benar berlandaskan pada kesadaran jatidiri sejati, yang ada hanyalah program manusia untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat surgawi yang berlandaskan pada ego, emosi, nafsu dan kepentingan sekelompok masyarakat, dengan tidak mengindahkan nilai-nilai luhur nan mulya jatidiri sejati manusia, yaitu dengan kekerasan, penindasan, pembunuhan dan peperangan.

Sehingga program rancangan kehidupan masyarakat yang surgawi pun tidak pernah dapat terwujud sebab sama sekali tidak selaras dengan prinsip kekhalifahan jatidiri sejati manusia yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keluhuran, keagungan dan kemulyaan jatidiri sejati manusia.

Memang semua manusia memiliki target visi misi kehidupan yang surgawi, namun target tersebut semata-mata bersifat individual, dan target individu itu pun sekali lagi untuk di kehidupan akhirat (setelah mati), bukan target meraih kehidupan surga kekal abadi yang bisa didapatkan sejak saat sekarang ini sampai dengan selama-lamanya (kekal abadi).

Padahal hakekat dari akhirat itu sendiri bagi masyarakat bersifat abstrak atau fatamorgana (ilusi), dimana masyarakat di masa ribuan tahun yang lalu pun sudah berparadigma dan berkeyakinan bahwa kelak di akhirat mereka akan mendapatkan kehidupan surga. Sehingga masa yang disebut sebagai akhirat pun tidak akan pernah kunjung tiba karena masa yang disebut sebagai akhirat adalah tidak terbatas, bahkan sejuta tahun yang akan datang pun, masyarakat tidak akan pernah menemukan satu masa yang disebut sebagai akhirat.

Oleh karena itu, kita semua perlu memahami dan menyadari bahwa hakekat dari akhirat itu adalah dimensi kehidupan alam bathin, dimana pada saat ini kita semua berada di dua dimensi, yaitu dimensi alam lahir dan dimensi alam bathin, atau dimensi kehidupan dunia dan dimensi kehidupan akhirat,

Antara kehidupan dunia dan akhirat sesungguhnya ada dalam satu masa, yaitu masa saat sekarang ini, bukan kelak di masa yang akan datang, bahwa kehidupan akhirat itu sama dengan kehidupan alam bathin, dan kehidupan dunia sama dengan kehidupan alam lahir.

Jadi yang namanya akhirat itu sebenarnya adalah istilah lain dari alam bathin, yaitu alam ruhani atau alam nyawa/energi, sedangkan kehidupan dunia itu istilah lain dari alam lahiriah atau alam fisik/jasmani.

Dengan dasar pengetahuan dan pemahaman ini, seharusnya setiap manusia menyadari sepenuhnya bahwa kehidupan dunia saat ini adalah realita kehidupan akhirat yang harus benar-benar dimanfaatkan semaksimal dan seoptimal mungkin dengan penuh rasa syukur dan cinta kepada Tuhan Sang Pemilik Kehidupan Yang telah mewujudkan segalanya yang ada di kehidupan bumi alam semesta jagat raya ini, baik yang ada di kehidupan alam lahir/fisik maupun yang ada di dimensi kehidupan alam bathin.

Dengan dasar pemahaman dan kesadaran ini pula seharusnya masyarakat tidak akan pernah lagi berandai-andai atau berkhayal tentang kehidupan surga akhirat, dan masyarakat tidak lagi hanya merengek, menangis, menghiba sambil menengadahkan tangan memanjatkan doa, harapan dan permohonan kepada Tuhannya agar diberikan kehidupan yang surgawi,

Karena realitanya Tuhan Yang Maha Esa telah mewujudkan beragam fasilitas kehidupan surga yang maha luas tak terbatas dari level surga yang terendah sampai dengan level surga tertinggi, seluruhnya telah ada di kehidupan bumi alam semesta jagat raya ini.

Selama ini masyarakat dunia telah berspekulasi tentang akhirat, sehingga tidak sedikit dari masyarakat yang menjadi korban dari spekulasi hari akhirat, dengan mengatas namakan jihad saling bermusuhan dan berperang, membunuh satu sama lain, dengan spekulasi mendapatkan balasan surga akhirat. Padahal akhiratnya ada di kehidupan dunia ini juga, hanya berbeda dimensi.

Jadi kesimpulan dari kesadaran universal adalah bahwa kita semua manusia dikodratkan jatidiri sejatinya sebagai seorang khalifah atas bumi alam semesta jagat raya yang surgawi ini, sehingga manusia harus mampu mewujudkan tatanan kehidupan yang surgawi bagi seluruh mahluk, khusus nya bagi seluruh manusia.

Jika manusia tidak memiliki kesadaran ini, maka berarti manusia belum mencapai kesadaran universal, belum menyadari kodrat kekhalifahan jatidiri sejatinya, yang sama artinya belum layak disebut sebagai manusia sejati.

Tinggalkan komentar