Kesadaran Dalam Paradigma dan Keyakinan

Kita semua tentunya sangat pahami betul bahwa sudut pandang (paradigma) akal pikiran dan keyakinan rasa hati itu sangat berpengaruh dalam hidup dan kehidupan ini, bahkan sangat menentukan baik buruknya hidup dan kehidupan manusia di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.

Karena kinerja energi/nyawa atau ruh, khususnya yang ada di dalam diri manusia itu berdasarkan pada komando akal pikiran dan perasaan manusia.

Paradigma dan keyakinan itu adalah bahasa program yang tersimpan di memori pikiran dan perasaan yang terus diolah dan dikelola perwujudan atau kejadiannya oleh nyawa-nyawa diri dan nyawa-nyawa alam

Dan paradigma itu adalah suatu pemahaman yang melekat dalam pikiran, sedangkan keyakinan itu adalah sesuatu yang dirasakan, dipegang teguh, dipertahankan dan dijalankan sebagai suatu nilai kebenaran yang pasti terjadi.

Sehingga paradigma dan keyakinan itu sama dengan dorongan keinginan yang  sangat kuat yang harus terjadi di masa depan.  Oleh karena itu, kita harus lah memiliki paradigma dan keyakinan yang benar, baik dan sejati, jangan sampai menjadi sesuatu yang merusak atau merugikan diri sendiri.

Salah satu contoh, anda berpikir (berparadigma) bahwa makan gula bisa menyebabkan terjadi nya kencing manis, kemudian pada saat anda disuguhi makanan dan minuman yang mengandung kadar gula tinggi, saat itu perasaan anda menjadi was-was, kuatir dan cemas akan terjadi kencing manis, namun anda tetap memakan atau meminumnya.

Mungkin sekali anda makan dan minum gula tersebut masih belum terasa adanya penyakit kencing manis, dan anda berulang kali mengkonsumsi gula tersebut dengan kecemasan dan kekuatiran yang semakin menjadi.

Gula yang anda konsumsi adalah energi atau nyawa yang otomatis pasti hidup, punya nyawa dan punya Selera, yang dalam hal ini masuk ke tubuh anda dengan bahasa perintah dari pikiran dan perasaan menjadi penyakit kencing manis.

Bahasa perintah tersebut pun diterima oleh organ tubuh yang disebut sebagai “pangkreas” dan berfungsi mengatur asupan gula dalam tubuh.

Pangkreas adalah salah satu organ tubuh yang didalamnya terdapat jutaan bahkan mungkin milyaran nyawa sel yang membentuk organ pangkreas. Artinya bahwa pangkreas ini adalah organisasi atau department nyawa yang bertugas mengatur kadar gula, berdasarkan perintah dari komandan tertinggi yaitu akal pikiran.

Dan bahasa perintah nya adalah mewujudkan terjadi nya kencing manis dalam diri anda, maka secara otomatis cepat atau lambat anda pun pasti akan mendapatkan penyakit kencing manis tersebut.

Dalam hal lain, selama ini manusia berparadigma dan Berkeyakinan bahwa proses penuaan fisik jasmani adalah hukum alam yang pasti terjadi.

Sehingga nyawa-nyawa diri dan nyawa-nyawa alam pun bekerja dengan melakukan proses penuaan diri, membuat diri semakin bertambah usia semakin menjadii lemah, loyo, rapuh, keriput, sakit-sakitan dan akhirnya tidak berdaya apa-apa kecuali menunggu kematian menjemput.

Jadi proses penuaan fisik jasmani diri adalah kehendak diri manusia itu sendiri bukan kehendak alam apalagi kehendak Tuhan.

Sedangkan yang terjadi pada pohon jati saja, semakin bertambah usia semakin kuat, semakin kokph, semakin tinggi nilai dan kualitas nya, namun kulit dan daun (ibarat rambut) )pohon jati senantiasa berganti dengan yang muda dan baru.

Apakah manusia bisa seperti pohon jati?  Tentunya teramat sangat bisa sekali, bahkan Tuhan dengan Alam-Nya mewajibkan diri manusia untuk bersinergi atau bersenyawa dengan Keabadian-NYA.

Begitu pun dengan paradigma dan keyakinan manusia pada kematian, selama ini paradigma dan keyakinan yang melekat di hati dan pikiran  manusia adalah bahwa “segala yang hidup atau bernyawa wajib mengalami kematian” Artinya kematian diri manusia adalah kehendak manusia  yang harus dan wajib terjadi. Dan kewajiban atau keharusan itu manusia sendiri yang membuat nya.

Ditambah lagi dengan paradigma dan keyakinan bahwa kematian itu adalah hal misteri yang diri manusia tidak punya hak untuk memilih dan menentukan nya, sehingga kematian itu bisa datang dan pergi seenaknya, tanpa berpamitan dengan diri yang memiliki hidup, tanpa ada janjian dengan yang diamanati hidup (diri anda), sehingga kematian itu sendiri menjadi suatu tragedi yang sangat tragis bahkan menjadi sebuah momok yang sangat mengerikan dan menyeramkan.

Di satu sisi manusia mewajibkan dirinya harus mati, namun di sisi lain, manusia takut pada kematian (sesuatu yang sangat ironis sekali, namun tetap dijadikan sebagai pedoman hidup yang dianggap sebagai suatu nilai kebenaran yang hakiki.

Secara alamiah dengan paradigma dan keyakinan tersebut, jasmani dan rohani manusia mendapatkan perintah tegas yang tidak bisa ditolak yaitu perintah mewujudkan kematian atas dirinya.

Sehingga seluruh organ tubuh baik organ dalam maupun organ luar tubuh dengan seluruh sistem operasionalnya secara bersama-sama mewujudkan kematian jasmani nya,  yaitu dengan cara merusak sistem operasinya (sistem pernapasan, pencernaan, sistem syarat, sirkulasi darah, metabolisme, sistem transportasi dan distribusi, sistem limbah, dan lain-lain nya)  semuanya dilemahkan, dirusak, dilumpuhkan dan dihancurkan, sehingga terjadi berbagai penyakit yang pada akhirnya terwujudlah kehendak kematian tersebut.  Kematian juga bisa terjadi kapan pun, dimana pun dan dengan jalan apa pun, yang intinya target atau kehendak kematian tersebut terwujud secara sempurna.

Yang lebih hebat lagi adalah paradigma dan keyakinan manusia yang membatasi umur hidupnya, yaitu standar usia tokoh panutannya yang wafat pada usia 63 tahun.

Sehingga usia 63 tahun ini sebagai trend batas  ideal umur manusia yang diikuti oleh milyaran bahkan mungkin sudah triliunan manusia yang menjadi pengikut trend kematian di usia 63 tahun, sehingga bila ada pengikut trend ini wafat pada usia diatas 63 tahun, dianggapnya mendapatkan bonus umur.

Dengan paradigma dan keyakinan tersebut, bukankah berarti manusia telah menggariskan atau menentukan takdir kematian dirinya sendiri, bahkan manusia telah membatasi umur hidupnya dengan batas waktu yang teramat sangat singkat, jika dibandingkan dengan usia manusia terdahulu yang bisa mencapai ribuan tahun ?

Lantas kenapa manusia memfitnah Tuhannya sebagai penentu takdir kematian manusia?

Bukankah Tuhan justru malah mewajibkan manusia untuk bersinergi atau bersenyawa dengan Keabadian Alam dan Tuhan ?

Artinya bahwa Alam Dan Tuhan membebaskan manusia untuk bisa exis hidup dalam kurun waktu berapa pun lamanya, sesuai kemampuan dan kekuasaan dirinya untuk mempertahankan dan melestarikan existensi jatidiri nya di kehidupan bumi alam ini yang maha kekal abadi.

Lalu bagaimana paradigma dan keyakinan yang sejati?

Minimalnya paradigma dan keyakinan itu yang kira-kira tidak merugikan dirinya sendiri.

Misalnya dalam kasus kencing manis diatas, dengan berpikir dan berkeyakinan bahwa gula itu mengandung energi atau nyawa yang berperan menghantarkan berkah Kenikmatan surga dari Sang Pemilik Kehidupan Alam ini, sehingga kita pun dengan sangat senang hati menikmati nya, dengan penuh keyakinan pasti menjadi nyawa-nyawa terbaik dalam tubuh berfungsi menyehatkan dan menyegarkan jasmani dan rohani.

Kemudian dalam hal takdir kematian,  minimalnya anda berpikir Dan berkeyakinan kuat bahwa anda pasti mampu mempertahankan existensi hidup hingga ribuan tahun, atau kalaupun harus mati, maka pasti terlahir kembali sebagai manusia yang diri kita sendiri kehendaki ruang dan waktunya.

Atau maksimal nya anda berpikir dan berkeyakinan bahwa hidup dan kehidupan di bumi alam ini adalah kehidupan surga yang kekal abadi.

Dengan paradigma dan keyakinan tersebut minimalnya kita telah memiliki target hidup yang baik dan benar, artinya kita telah menggariskan takdir hidup dan kehidupan yang sejati, yang tidak pernah mengenal kematian kecuali hanya ada Keabadian-NYA.

Selanjutnya setelah kita meluruskan sudut pandang, paradigma dan keyakinan ke arah yang benar, baik dan sejati, tentunya kita pun harus Konsekuen Dan komitmen untuk menjalankan paradigma dan keyakinan itu dengan sebaik baiknya Dan sebenar-benarnya., jangan sampai paradigma dan keyakinan itu hanya sebuah target hidup yang bersifat asal-asalan, tanpa adanya tindak lanjut atau langkah nyata yang selaras dengan paradigma dan keyakinan tersebut.

Masih sangat banyak sudut pandang, paradigma dan keyakinan keliru yang merugikan diri manusia itu sendiri, yang harus segera dipahami, disadari dan diluruskan ke arah yang baik, benar dan sejati.

Minimalnya anda telah berusaha untuk menjaga dan menjalankan amanat jiwa raga diari Tuhan dengan semestinya .

Namun paradigma dan keyakinan anda yang merugikan diri anda sendiri, telah tertanam Dan mengakar kuat dalam hati dan pikiran anda selama berpuluh-puluh tahun. Bukankah itu berarti anda harus melawan atau berperang dengan takdir kematian yang telah anda ciptakan sendiri selama puluhan tahun sebelumnya?

Tentunya itu benar sekali, sehingga anda harus berpacu dengan Sang Waktu dalam melawan takdir kematian itu, kecuali anda mendapatkan pertolongan dari seseorang yang mempunyai kewenangan untuk meriset takdir yang telah anda gariskan tersebut.

Seseorang tersebut tentunya adalah yang memiliki tingkat kesadaran yang sangat tinggi yaitu yang telah mencapai tingkat kesadaran Universal.  Sehingga hanya dengan mendapatkan Ijin dan Restu-Nya pun takdir hidup anda akan berubah menjadi jauh lebih baik bahkan menjadi takdir yang terbaik dalam hidup dan kehidupan anda.

Namun untuk mendapatkan Ijin dan Restu-Nya itu, tentunya harus ada upaya dan perjuangan dari anda.

Tinggalkan komentar